
Kebumen – Suasana hangat penuh kebersamaan mewarnai pagi cerah di sebuah pedukuhan yang masih lestari dengan nilai-nilai tradisinya. Puluhan warga, tua muda, laki-laki dan perempuan, tumpah ruah dalam tradisi tumpengan dan lepetan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rezeki yang telah diberikan.
Bertempat di halaman rumah warga yang dijadikan pusat kegiatan, warga duduk melingkar mengelilingi tumpukan nasi tumpeng dan lepet yang tersaji di atas daun pisang panjang. Dengan penuh suka cita, mereka saling berbagi makanan yang telah dimasak bersama. Anak-anak pun tak ketinggalan menikmati kebersamaan dalam balutan tradisi yang sarat makna.
“Ini bentuk syukur kami kepada Gusti Allah, atas segala rezeki dan nikmat yang terus mengalir. Lewat tumpengan dan lepetan ini, kami diajarkan untuk berbagi, bersatu, dan menjaga tradisi,” ungkap Sururi tokoh masyarakat desa Krakal di sela acara.
Usai kegiatan utama, rombongan warga melanjutkan acara ke Pantai Mliwis. Di sana, mereka melepas lelah sambil menikmati panorama pantai yang masih asri, sembari melanjutkan syukuran sederhana di alam terbuka.
Tradisi seperti ini menjadi pengingat bahwa rezeki tidak semata soal materi, melainkan juga kebersamaan, kekeluargaan, dan keberkahan yang dirasakan bersama.
“Semoga kami selalu diberi rezeki yang barokah, dan tradisi ini tetap lestari sebagai warisan nilai-nilai luhur,” ujar warga lainnya.
Kritik Sosial: Di tengah arus modernisasi yang sering menyingkirkan budaya lokal, kegiatan seperti ini layak diapresiasi. Pemerintah daerah seharusnya tidak sekadar sibuk membangun infrastruktur fisik, tapi juga memberi ruang, perhatian, dan dukungan nyata terhadap pelestarian tradisi masyarakat yang sarat nilai spiritual dan sosial seperti ini. (Kn.01)