
PURWOREJO (Kamis, 14 November 2024), program KOSABANGSA (Kolaborasi Membangun Bangsa) kembali digelar di Desa Ngargosari, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Salah satu program pemberdayaan masyarakat ini bertujuan mengoptimalkan potensi lokal untuk peningkatan ekonomi warga. Kegiatan ini dipimpin oleh Ghufron Zaida Muflih, M. Kom, dosen Universitas Ma’arif Nahdlatul Ulama (UMNU) Kebumen. Selain itu kegiatan ini juga didukung oleh tim pendamping dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mendapatkan dukungan penuh dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) tahun 2024.
Pada sesi kali ini, program KOSABANGSA menggandeng dua narasumber profesional, yakni Faturrokhman dan Saimah, pelaku usaha gula semut sukses dari Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Kehadiran mereka diharapkan dapat memberi inspirasi dan panduan kepada masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya lokal, khususnya pohon aren, sebagai sumber utama produksi gula semut. Sebagai bagian dari program ini, tim pelaksana juga menyerahkan sejumlah peralatan produksi seperti mesin kristalisasi, sealer dan oven khusus kepada kelompok tani setempat. Alat-alat ini diharapkan mampu mendukung proses produksi gula semut yang lebih efisien dan berkualitas, sehingga dapat meningkatkan nilai jual produk.
Desa Ngargosari memiliki luas wilayah 300,815 hektar dengan topografi perbukitan yang tinggi. Sebagian besar wilayahnya merupakan hutan rakyat, sementara sebagian lainnya berbatasan dengan hutan lindung. Sistem tumpangsari yang diterapkan oleh masyarakat setempat memungkinkan pemanfaatan berbagai jenis tanaman yang menunjang kehidupan sehari-hari warga desa. Di wilayah hutan Ngargosari, tanaman aren tumbuh subur dan telah lama dimanfaatkan oleh warga untuk produksi gula jawa dari nira aren. Namun, potensi ini masih dapat dikembangkan lebih jauh.
Umi Barokah, M.P, dosen UMNU Kebumen dan anggota tim pelaksana KOSABANGSA, melihat peluang besar dalam mengolah nira aren menjadi produk bernilai lebih tinggi, seperti gula semut. Program ini juga melibatkan pelatihan intensif pembuatan gula semut kepada warga desa. Pelatihan tersebut mencakup pengenalan teknik pengolahan nira aren menjadi gula semut yang berkualitas, mulai dari proses penyaringan, pemanasan, hingga pengemasan.
Gula semut dinilai memiliki pasar yang luas karena sifatnya yang lebih mudah disimpan dan lebih praktis. Faturrokhman dan Saimah juga berbagi tips untuk menghasilkan gula semut yang baik, mulai dari pemilihan bahan baku hingga teknik pengemasan yang menarik dan higienis. Mereka juga menjelaskan pentingnya menjaga kualitas produk agar dapat bersaing di pasar, baik lokal maupun nasional.
Program ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing Desa Ngargosari sebagai produsen gula semut yang berkualitas. Dengan peralatan yang memadai dan keterampilan yang terus ditingkatkan, desa ini berpotensi menjadi salah satu pemasok gula semut di pasar regional maupun nasional. Masyarakat Desa Ngargosari menyambut baik program ini.
Salah seorang anggota kelompok tani, terlihat antusias mengikuti pelatihan. Menurutnya, kegiatan ini membuka wawasan baru bagi warga untuk mengembangkan produk lokal dengan cara yang lebih modern dan efisien. Keberhasilan program KOSABANGSA di Desa Ngargosari tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga membuka peluang untuk mengembangkan desa menjadi mandiri dan berdaya saing tinggi. Dengan memanfaatkan potensi pohon aren, warga diharapkan bisa menciptakan produk unggulan desa yang memiliki nilai tambah.
Program KOSABANGSA ini juga menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan masyarakat desa dapat menciptakan dampak positif yang berkelanjutan. Kehadiran akademisi dan praktisi dalam kegiatan ini diharapkan mampu mengubah pola pikir masyarakat untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan potensi desa. Dalam jangka panjang, diharapkan Desa Ngargosari bisa menjadi model pengembangan ekonomi desa berbasis potensi lokal. (Kn.-2).