Pantai Ayah Logending Kian Sepi: Wisata Swasta Geser Daya Tarik, Pengelola Mengeluh, Pemerintah Diam

Kebumen News – Pantai Ayah atau yang lebih dikenal dengan Pantai Logending, dulu menjadi primadona wisata pesisir selatan Kebumen. Namun, kini wajahnya muram. Suara tawa wisatawan tergantikan deru angin laut yang sunyi. Kursi-kursi pedagang berdebu, perahu wisata bersandar kaku, dan jalan masuk yang sepi tanpa antrean kendaraan. Wisata ini sedang kehilangan daya hidup.

Penurunan jumlah pengunjung bukan terjadi dalam hitungan hari. Menurut para pengelola, tren menurun ini sudah terasa sejak empat hingga lima tahun terakhir, seiring menjamurnya wisata-wisata swasta baru di sekitar Kebumen yang tampil dengan konsep lebih modern, lengkap, dan tentu saja, lebih menarik untuk generasi muda.

“Pantai Ayah ini masih bertahan pada kealamian. Belum tersentuh bangunan baru, belum ada konsep yang kekinian,” kata Jaelani, Wakil Ketua Pengelola Wisata Logending, saat ditemui pada Sabtu (25/5/2025). “Kalau wisata swasta, hasilnya bisa langsung kembali ke situ lagi untuk perbaikan. Tapi kalau di sini, masuk ke kas daerah—dan belum tentu kembali tahun depan.”

Komentar Jaelani menyingkap persoalan struktural yang selama ini ditutupi. Sistem pengelolaan yang terpusat membuat pengembangan wisata daerah jalan di tempat. Sementara di sisi lain, sektor swasta bebas bermanuver, membangun kafe estetik, spot selfie digital, hingga kolaborasi event yang menyedot perhatian media sosial.

Dampaknya terasa langsung. Para pedagang lokal kehilangan pembeli. Pemandu wisata menganggur. Warga pesisir yang menggantungkan hidup dari sektor pariwisata mulai putus harapan. Satu persatu membuka usaha kecil lain atau merantau. Yang tertinggal hanya cerita kejayaan Logending di masa lalu.

Pak Heru, juru parkir yang sehari-hari berjaga di pintu masuk, ikut bersuara. “Usulan sudah sering disampaikan ke Dinas Pariwisata. Tapi ya begitu, belum ada langkah nyata. Sementara di luar sana, tiap bulan ada saja tempat wisata baru muncul,” ujarnya dengan nada getir.

Fakta ini menggambarkan situasi yang ironis. Di saat masyarakat lokal masih berharap pemerintah hadir sebagai pelindung dan penggerak, justru sektor swasta datang lebih dulu dengan inovasi dan keberanian investasi. Tanpa strategi pembaruan, Pantai Ayah hanya akan tertinggal sebagai catatan sejarah wisata.

Apakah Pantai Logending akan bangkit kembali? Jawabannya kini bergantung pada sejauh mana Dinas Pariwisata dan Pemerintah Kabupaten Kebumen mau turun tangan. Modernisasi, revitalisasi fasilitas, dan promosi digital adalah kata kunci. Tapi semua itu tak cukup tanpa komitmen anggaran dan keberpihakan pada rakyat kecil.

Karena kalau tidak segera berubah, Pantai Ayah bukan hanya akan sepi, tapi benar-benar dilupakan. (Kn.