
Kebumen News – 2 Agustus 2025 — Suasana intelektual membuncah di ruang pertemuan Universitas Ma’arif Nahdlatul Ulama (UMNU) Kebumen saat digelar bedah buku “Nahdlatul Ulama Abad Kedua, Islam Nusantara dan Siyasah Peradaban” karya Dr. Ahmad Suaedy, Ketua PBNU dan cendekiawan Nahdliyin yang vokal dalam isu Islam global dan hak asasi manusia.
Acara yang dibuka langsung oleh Rektor UMNU Kebumen, Dr. H. Imam Satibi, M.Pd.I., ini dihadiri oleh puluhan aktivis NU lintas generasi, dari kalangan akademisi hingga pegiat sosial keagamaan.
“NU hari ini bukan lagi bicara politik lokal, tapi sudah menyiapkan narasi peradaban global. Buku ini adalah peta jalan dakwah NU ke depan,” tegas Imam Satibi.
NU Hadir di Forum Global: Dialog Lintas Sekte dan Agama di Bali
Ahmad Suaedy dalam pemaparannya mengungkap kiprah besar NU di panggung global, termasuk penyelenggaraan forum internasional di Bali yang melibatkan 200 pemuka agama dan sekte dari berbagai negara. Forum ini merupakan bagian dari Religion of Twenty (R20), inisiatif NU untuk membumikan dakwah peradaban dan mencegah konflik berbasis agama.
“Bahkan ada sekte besar dari India yang mengklaim punya 600 juta pengikut mengirim video dukungan. Mereka bukan sekadar kelompok spiritual, tapi juga punya pengaruh politik besar dan, sayangnya, anti-Islam,” ungkap Suaedy.
Dalam pertemuan itu, NU hadir bukan sebagai pihak yang defensif, melainkan sebagai kekuatan moral global yang menawarkan Islam Nusantara sebagai solusi atas krisis peradaban.
Pesan Utama: Dakwah Harus Membangun Tata Dunia yang Adil
Ahmad Suaedy menegaskan bahwa NU tak boleh berhenti hanya pada dakwah ritual. Era baru menuntut dakwah yang menyentuh struktur sosial, keadilan ekonomi, dan relasi antarumat manusia.
“Pertanyaannya sekarang bukan sekadar bagaimana mengisi masjid, tapi bagaimana mengisi dunia dengan nilai-nilai rahmat,” tuturnya.
Peserta yang hadir tampak antusias. Beberapa aktivis muda bahkan menyatakan bahwa narasi “dakwah peradaban” harus menjadi arus utama gerakan ke-NU-an abad ini, sebagai respons atas tantangan seperti ekstremisme, krisis lingkungan, konflik agama, dan polarisasi politik identitas.
Catatan Redaksi:
NU tidak sedang bermain di wilayah politik praktis. NU sedang membangun politik nilai, atau yang disebut Suaedy sebagai siyasah peradaban. Buku ini bukan sekadar bacaan intelektual, tapi seruan kultural untuk mengubah cara dunia melihat Islam — dari ancaman menjadi harapan. (Kn.01)