Menembus Medan Terjal, Kemenag Kebumen Bedah Rumah Guru Ngaji di Pedalaman Sempor

SEMPOR – Jalan terjal, tikungan tajam, dan ancaman longsor tak menyurutkan langkah Kementerian Agama (Kemenag) Kebumen untuk hadir di pelosok desa. Jumat, 9 Mei 2025, Tim UPZ (Unit Pengumpul Zakat) Kemenag menembus Desa Kedungwringin, Kecamatan Sempor, demi satu misi: meninjau langsung rumah Kyai Lasimun, seorang guru ngaji sepuh yang rumahnya masuk daftar program Bedah Rumah.

Medan bukan main. Penyelenggara Zakat dan Wakaf, H. Fahrudin, yang memimpin survei lapangan, mengaku medan menuju rumah Kyai Lasimun sangat ekstrem.

“Ini luar biasa menantang. Jalannya menanjak curam dan penuh tikungan tajam. Kalau bukan pengemudi yang sudah hafal medan, sangat berisiko. Tapi inilah bagian dari tanggung jawab moral kami, memastikan bantuan zakat sampai hingga sudut paling terpencil,” tegas Fahrudin.

Rumah Kyai Lasimun sendiri berdiri di dataran tinggi rawan longsor. Bangunan berdinding permanen, namun belum diplester, dan bagian belakangnya pernah terkena longsor. Sebuah potret nyata guru ngaji yang tetap setia mendidik umat meski dalam keterbatasan.

Kehadiran Tim Kemenag disambut haru oleh Kyai Lasimun. “Saya tidak menyangka rumah saya akan didatangi langsung oleh Kemenag. Ini bentuk kepedulian yang sangat berarti. Semoga program ini terus berjalan dan guru-guru ngaji lain bisa ikut terbantu,” ujarnya lirih.

Program Bedah Rumah Guru Ngaji sendiri merupakan langkah konkret pemanfaatan dana zakat oleh UPZ Kemenag Kebumen. Targetnya: 26 rumah tak layak huni milik para guru ngaji, diprioritaskan di daerah terpencil. Pelaksanaan dilakukan bertahap, dengan standar penilaian ketat berdasarkan kondisi lapangan.

Menurut H. Fahrudin, ini bukan soal pembangunan fisik semata. “Ini bentuk penghargaan atas dedikasi guru ngaji yang mengajarkan Islam di akar rumput. Mereka adalah pilar keagamaan yang jarang tersorot, tapi dampaknya nyata. Zakat harus kembali ke mereka,” katanya.

Plh. Kepala Kantor Kemenag Kebumen, H. Salim Wazdy menegaskan, program ini bagian dari misi besar Kemenag: meningkatkan kualitas kehidupan beragama di seluruh lapisan masyarakat. “Tak hanya pelayanan keagamaan, tapi juga pemberdayaan nyata terhadap pelaku pendidikan agama seperti para guru ngaji,” ujarnya.

Bedah rumah ini bukan sekadar membangun tembok—tapi membangun harapan. Dan dari Sempor, Kemenag membuktikan: tak ada desa terlalu jauh untuk niat baik. (Kn.01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *