Kemenag Kebumen Gencarkan Literasi Umat Lewat Pembinaan Perpustakaan Masjid: Data Jadi Kunci, Masjid Jadi Pusat Ilmu


Kebumen News – Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Kebumen tak tinggal diam menghadapi minimnya geliat literasi di lingkungan masjid. Lewat kegiatan bertajuk Pembinaan Validasi dan Pendataan Perpustakaan Masjid, Kemenag menunjukkan langkah konkret mendorong masjid tak hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga pusat edukasi umat.

Digelar Selasa (15/4/2025) di ruang teater Disarpus Kebumen, acara ini dibuka langsung oleh Kepala Seksi Bimas Islam, Dr. H. Salim Wazdy, M.Pd yang mewakili Kepala Kemenag. Hadir sebagai peserta, para Penyuluh Agama Islam dari 26 kecamatan se-Kabupaten Kebumen.

Dalam sambutannya, Salim tak berbasa-basi. Ia menegaskan, sudah saatnya masjid bangkit sebagai pusat literasi umat. “Masjid bukan sekadar tempat salat. Ia harus hidup sebagai ruang belajar, tempat anak muda tumbuh dengan ilmu dan adab,” tegasnya.

Salim juga mengingatkan bahwa data bukan sekadar angka, tapi fondasi dari setiap kebijakan. Pendataan dan validasi perpustakaan masjid ini, kata dia, adalah langkah awal untuk merancang pembinaan yang presisi dan berkelanjutan.

“Tanpa data valid, kita hanya akan bergerak dalam gelap. Tak bisa merancang program yang benar-benar menjawab kebutuhan di lapangan,” ujarnya lugas.

Tak hanya mengandalkan semangat, Salim menyentil kondisi riil di lapangan. Banyak perpustakaan masjid mati suri, tak terurus, bahkan nyaris tak dikenali jamaahnya sendiri. Penyebabnya? Minim SDM, kurangnya perhatian, hingga absennya dukungan nyata.

“Mari jujur, perpustakaan masjid kita masih tertinggal. Tapi bukan berarti tak bisa bangkit. Inilah saatnya berbenah,” tandasnya.

Pihaknya mendorong penyuluh agama sebagai garda depan untuk menggerakkan kembali fungsi edukatif masjid. Literasi, menurut Salim, adalah bentuk dakwah paling damai sekaligus paling mencerahkan.

“Bayangkan jika tiap masjid punya pojok baca yang aktif. Anak muda datang bukan cuma untuk salat, tapi juga membaca, berdiskusi, mencari ilmu. Ini bukan utopia, ini tugas kita,” lanjutnya penuh semangat.

Kegiatan ini pun dilengkapi dengan pembekalan teknis soal cara mendata, memvalidasi, dan melaporkan kondisi perpustakaan di wilayah kerja masing-masing. Harapannya, akan terbentuk database yang akurat dan bisa menjadi rujukan nasional.

Tak lupa, Salim memberikan apresiasi kepada Disarpus Kebumen yang telah menjadi mitra strategis dan tuan rumah kegiatan. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor.

“Kami tak bisa jalan sendiri. Sinergi dengan pengurus masjid, pemerintah desa, Disarpus, dan elemen masyarakat lainnya sangat menentukan,” ujar Salim.

Sebagai penutup, Salim mengusulkan gagasan menarik: penghargaan khusus bagi masjid yang sukses mengembangkan perpustakaan aktif dan inovatif. “Kita butuh role model, bukan hanya wacana,” tutupnya.

Kegiatan ini diharapkan menjadi titik balik. Bukan sekadar seremonial, tapi langkah awal kebangkitan literasi berbasis masjid di Kabupaten Kebumen. Masjid harus jadi pusat ilmu. Sekarang, bukan nanti. (Kn.01/Fz)