
Kebumen News – Hari itu, Sabtu (19/4), wajah serius Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala BPLH Hanif Faisol Nurofiq muncul di Pendopo Kabumian. Disambut hangat oleh Bupati Lilis Nuryani dan Wakil Bupati Zaeni Miftah, ia datang bukan sekadar kunjungan, melainkan membawa harapan baru: penguatan kolaborasi dalam pengelolaan sampah yang lebih terukur, terpadu, dan berkelanjutan.
Kebumen tidak tinggal diam. Tapi tantangan yang dihadapi cukup kompleks. Maka pemerintah pusat merasa perlu turun langsung.
700 Ton Sampah per Hari: Angka yang Jadi Pemantik Aksi
Dengan jumlah penduduk sekitar 1,4 juta jiwa, diperkirakan Kebumen menghasilkan sekitar 700 ton sampah setiap hari. Namun, dua TPA utama di Kaligending dan Semali baru mampu mengelola sekitar 100 ton per hari.
“Artinya masih banyak potensi sampah yang belum terkelola optimal. Bukan salah siapa-siapa, tapi ini jadi panggilan kita bersama untuk memperkuat sistem dari hulu hingga hilir,” ujar Menteri Hanif.
Ia menegaskan, pengelolaan sampah bukan hanya soal tempat pembuangan, melainkan bagaimana mengelola dari sumbernya: rumah tangga, industri, pasar, hingga TPA. Pemerintah pusat pun menargetkan pada 2029, persoalan ini sudah ditangani dengan lebih sistematis di seluruh Indonesia.
Kebumen Sudah Melangkah: Dari Gas Metana hingga RDF
Menanggapi hal itu, Bupati Lilis memaparkan sederet upaya yang sudah dilakukan Pemkab. Salah satunya pemanfaatan gas metana di TPA Semali dan Kaligending. Di dua titik ini, gas yang dulunya terbuang kini sudah tersalurkan ke total 78 kepala keluarga sebagai pengganti elpiji.
Lebih lanjut, Kebumen juga tengah mengembangkan RDF (Refuse-Derived Fuel)—bahan bakar alternatif pengganti batu bara—melalui kerja sama strategis dengan PT Solusi Bangun Indonesia.
“Kami sudah memulai produksi RDF 1 ton per jam di TPST Kebumen. Dan insya Allah, Agustus 2025, kami akan mulai membangun pabrik RDF di Gombong,” ujar Lilis.
Teknologi dan Edukasi Jadi Kunci
Inovasi terus dikembangkan. TPA Kaligending telah menerapkan sistem resirkulasi air lindi untuk menjaga kelembaban landfill dan mengurangi risiko pencemaran. Program edukasi berbasis praktik langsung di lapangan pun dijalankan untuk mengenalkan proses biogas ke masyarakat.
Tidak hanya itu, 600 batang pohon nyamplung telah ditanam sebagai bagian dari program rehabilitasi dan ketahanan energi masa depan.
Sinergi Pusat-Daerah Jadi Penentu
Menteri Hanif mengapresiasi langkah-langkah ini. Menurutnya, apa yang sudah dilakukan Kebumen merupakan bentuk nyata komitmen daerah dalam menjawab tantangan lingkungan.
“Tinggal sekarang bagaimana kita dari pusat bisa mendukung lebih banyak: regulasi, teknologi, pendampingan. Karena tanpa sinergi, upaya ini akan berjalan lebih lambat,” katanya.
Masa Depan yang Lebih Bersih Bukan Sekadar Mimpi
Kebumen menunjukkan bahwa pengelolaan sampah tidak harus menunggu sempurna untuk memulai. Perubahan bisa digerakkan dari sekarang, dari skala lokal, dengan inovasi yang relevan dan partisipasi masyarakat.
Harapan Menteri Hanif, penguatan sistem dari hulu (sumber sampah), tengah (pengolahan dan transportasi), hingga hilir (TPA dan pemanfaatan akhir) bisa segera tercapai.
“Saya ingin pengelolaan sampah di Kebumen menjadi contoh yang bisa direplikasi. Bukan karena masalahnya besar, tapi karena semangat kolaborasinya kuat,” tutupnya. (Kn.02)