Cegah Korban Bencana Longsor Kosabangsa Pasang Early Warning System di Ngargosari

Purworejo News – (Senin, 11 November 2024). Hujan lebar akhir-akhir ini, beberapa tempat mengalamai bencana tanah longsor. Saat hujan turun warga merasa was-was. Namun hal ini menjadi hari bersejarah bagi warga Desa Ngargosari, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pada hari tersebut, salah satu rangkaian kegiatan KOSABANGSA (Kolaborasi Membangun Bangsa) dilaksanakan dengan pemasangan Early Warning System (EWS) untuk mendeteksi potensi tanah longsor yang kerap mengancam wilayah perbukitan tersebut. Desa Ngargosari memiliki kontur perbukitan dengan kemiringan yang cukup curam. Hal ini menjadikannya rawan bencana alam terutama tanah longsor saat musim hujan. Melalui pemasangan EWS ini, diharapkan masyarakat akan lebih waspada dan memiliki waktu lebih untuk mengevakuasi diri jika terjadi bencana. Alat ini akan mendeteksi pergerakan tanah dan curah hujan yang tinggi, yang jika mencapai batas tertentu, akan memicu sirine peringatan. Kegiatan ini adalah salah satu wujud nyata dari Program KOSABANGSA, sebuah inisiatif kolaboratif yang bertujuan membangun dan meningkatkan keamanan di berbagai wilayah rawan bencana di Indonesia. Program ini diinisiasi kerjasama antara Universitas Ma’arif Nahdlatul Ulama (UMNU) Kebumen yang diketuai oleh Ghufron Zaida Muflih, M.Kom. dengan anggota tim pelaksana yaitu Umi Barokah,M.P. dan Rasid Zuhdi,M.Pd. dan Prof. T. Faisal Fathani dan Prof. Wahyu Wilopo dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Tidak hanya melibatkan kalangan akademisi, program ini juga menggandeng PT Gama Multi Usaha Mandiri sebagai mitra kerjasama. Kerjasama ini didukung penuh oleh Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemdikbudristek tahun 2024. Pendanaan dari Kemdikbudristek memungkinkan pelaksanaan kegiatan ini berlangsung secara optimal. Kepala Desa Ngargosari, Bapak Kismantoro, turut hadir dalam kegiatan pemasangan EWS ini. Beliau menyambut baik dan mengapresiasi program KOSABANGSA yang dijalankan di desanya. Bapak Kismantoro mengucapkan terima kasih kepada tim pelaksana atas perhatian yang besar terhadap kondisi wilayah Ngargosari yang rawan longsor. “Kami sangat berterima kasih atas inisiatif KOSABANGSA yang hadir di desa kami. Dengan adanya EWS ini, kami berharap potensi korban jiwa saat terjadi bencana tanah longsor dapat diminimalisir,” ujar Bapak Kismantoro. Ia juga berharap agar masyarakat dapat memahami fungsi EWS ini dan siap untuk mengikuti petunjuk evakuasi jika sirine peringatan berbunyi. EWS yang dipasang di Desa Ngargosari memiliki fitur-fitur canggih yang memungkinkan pendeteksian pergerakan tanah dan pengukuran curah hujan secara real-time. Ketika alat mendeteksi pergerakan tanah atau curah hujan mencapai ambang batas tertentu, sirine akan berbunyi sebagai peringatan dini agar warga dapat segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.


Umi Barokah, M.P., salah satu dosen dari UMNU Kebumen yang turut serta dalam tim pelaksana, juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pemerintah desa dan warga yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan ini. Menurut Umi, keberhasilan kegiatan ini sangat bergantung pada kerjasama antara tim pelaksana dan masyarakat setempat. “Kami bersyukur atas dukungan penuh dari Desa Ngargosari, khususnya dalam penyediaan lahan dan fasilitasi selama proses pemasangan EWS ini. Partisipasi masyarakat sangat membantu kelancaran kegiatan,” ungkap Umi. Ia berharap EWS ini dapat memberikan rasa aman bagi warga dan menjadi solusi jangka panjang untuk mitigasi bencana tanah longsor. Pemasangan EWS ini dilakukan secara teliti dan cermat oleh tim yang terlatih. Sebelum pemasangan, tim telah melakukan survei geologi terlebih dahulu untuk pemetaan lokasi-lokasi yang rawan longsor, serta memasang alat pada titik-titik strategis yang memiliki risiko longsor paling tinggi. Proses ini dilakukan dengan memperhatikan aspek teknis dan keamanan agar EWS berfungsi secara optimal.
Selain pemasangan EWS, kegiatan KOSABANGSA juga melibatkan sosialisasi kepada masyarakat terkait cara kerja EWS dan langkah-langkah yang harus diambil jika sirine berbunyi. Sosialisasi ini penting agar masyarakat dapat segera merespons jika terdapat ancaman bencana. Para mahasiswa yang terlibat dalam tim pelaksana juga merasa bangga dapat berkontribusi dalam kegiatan ini. Selain menjadi ajang pembelajaran lapangan, keterlibatan mereka diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian sosial dan pemahaman tentang pentingnya mitigasi bencana. Program EWS ini dipandang sebagai langkah awal untuk menciptakan desa tangguh bencana. Kedepannya, diharapkan kegiatan serupa dapat dilakukan di desa-desa lain yang juga memiliki potensi ancaman bencana alam yang tinggi, khususnya di daerah rawan longsor. Dengan adanya EWS, masyarakat Desa Ngargosari kini memiliki sarana yang dapat memberikan peringatan dini jika terjadi peningkatan curah hujan dan pergerakan tanah yang berpotensi menyebabkan longsor. Alat ini diharapkan mampu mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian materi yang sering dialami oleh masyarakat di daerah rawan longsor.
Program KOSABANGSA yang didanai DRTPM ini juga menjadi wujud dari sinergi antara akademisi, industri, dan pemerintah dalam mengatasi isu-isu kebencanaan di Indonesia. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa masalah bencana dapat diminimalisir melalui upaya bersama. Di akhir kegiatan, tim dari UMNU Kebumen dan UGM menyampaikan harapan agar masyarakat Ngargosari dapat merawat dan menjaga EWS ini dengan baik agar fungsinya tetap optimal dalam jangka panjang. Perawatan EWS secara berkala akan memastikan bahwa sistem peringatan tetap akurat dan dapat diandalkan. Secara keseluruhan, pemasangan EWS di Desa Ngargosari ini bukan hanya membawa dampak positif bagi keamanan desa, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi lintas sektor dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat. Program ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi wilayah-wilayah lain dalam menerapkan mitigasi bencana berbasis teknologi. (Kn.02)