
Pejagoan, 22 Juli 2025 — Di tengah derasnya arus perubahan sosial dan kemajuan teknologi, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pejagoan tetap konsisten menjaga denyut nadi tradisi ilmiah khas pesantren. Salah satunya melalui forum Bahtsul Masail Rebo Manis (BRONIS) yang kini telah memasuki putaran kedua.
Digelar pada Selasa, 22 Juli 2025 bertepatan dengan 26 Muharram 1447 H, forum ilmiah ini diselenggarakan di Gedung TPQ Sabilul Hidayah Desa Aditirto, dan dihadiri oleh para mubahitsin, pengurus ranting NU, santri senior pondok pesantren, serta perwakilan dari TPQ/Madin, Banom, dan lembaga di bawah naungan NU Pejagoan.
Meski mengusung semangat tradisi, forum BRONIS tampil responsif dan tajam dalam menjawab berbagai persoalan kontemporer umat. Tiga topik hangat yang diangkat kali ini menggambarkan sensitivitas NU terhadap dinamika zaman:
- Hukum budidaya hewan magot: Sebagai bagian dari tren ekonomi sirkular dan alternatif pakan ternak, magot kini menjadi ladang usaha yang menjanjikan. Namun, bagaimana hukum syar’inya?
- Hutang-piutang dengan jaminan emas: Praktik ini makin umum terjadi, tapi belum semua pihak memahami kaidah fikih yang membingkainya secara sah.
- Perjalanan haji dengan dana hasil saweran TikTok: Fenomena media sosial yang memicu banyak pertanyaan: apakah sah dan layakkah dana hasil live streaming digunakan untuk menunaikan ibadah haji?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak sekadar dijawab secara tekstual, tapi dikaji mendalam dengan pendekatan ushuliyah, maqashid syariah, dan kaidah-kaidah fikih Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah.
“Bahtsul masail bukan sekadar menjawab pertanyaan, tapi juga membangun cara berpikir kritis dan bertanggung jawab atas dinamika zaman. Kita tidak ingin umat terjebak pada fatwa yang lepas konteks,” tegas salah satu mubahits senior yang hadir dalam forum tersebut.
Ketua MWCNU Pejagoan, Ahmad Nur Ridwan, dalam kesempatan terpisah menyampaikan bahwa kegiatan BRONIS menjadi bagian dari ikhtiar membangun peradaban melalui pendekatan keilmuan dan kebersamaan.
“Tradisi ini bukan hanya warisan ulama terdahulu, tapi juga kompas kita dalam merespons tantangan zaman dengan tetap tegak lurus pada nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin,” ujarnya.
Dengan semangat “Tegak Lurus Memenangkan Umat, Membangun Peradaban”, BRONIS bukan hanya forum, tapi sebuah gerakan intelektual dan spiritual yang meneguhkan peran NU sebagai pelayan umat, penjaga tradisi, dan perintis jalan kemajuan. (Kn.01)