Antisipasi Bencana UMNU Dampingi Desa Ngargosari Gelar Gladi Evakuasi Bencana

Kebumen News – 17 Desember 2024, Program KOSABANGSA (Kolaborasi Membangun Bangsa) melanjutkan serangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Ngargosari, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo. Program yang dipimpin oleh Ghufron Zaida Muflih, M.Kom dari Universitas Ma’arif Nahdlatul Ulama Kebumen ini mendapat pendampingan penuh dari Universitas Gadjah Mada, salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Program ini mendapatkan pendanaan dari DRTPM (Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat) tahun 2024. Kegiatan hari ini berfokus pada pembuatan komitmen bersama dan gladi evakuasi bencana setelah pemasangan sistem peringatan dini longsor atau LEWS (Landslide Early Warning System) pada lokasi-lokasi rawan bencana di wilayah desa.  LEWS dipasang untuk memantau pergerakan tanah di daerah-daerah yang berisiko tinggi mengalami longsor. Sistem ini diharapkan dapat memberikan peringatan dini sehingga masyarakat dapat segera melakukan tindakan evakuasi untuk meminimalkan korban jiwa. 

Ibu Umi Barokah, M.P., dosen Universitas Ma’arif Nahdlatul Ulama Kebumen, dalam sambutannya menggarisbawahi pentingnya kesadaran bersama dalam pemeliharaan alat LEWS. “Alat ini adalah milik kita bersama, jadi harus dijaga dengan baik agar dapat terus berfungsi sebagaimana mestinya,” tegasnya. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya pemahaman masyarakat tentang mitigasi bencana. Menurutnya, alat secanggih apa pun tidak akan berguna tanpa kesadaran masyarakat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 15 warga Desa Ngargosari yang menunjukkan antusiasme tinggi selama pelatihan berlangsung. Para peserta diajak untuk memahami cara kerja LEWS dan langkah-langkah mitigasi yang harus dilakukan ketika peringatan dini diberikan. 

TAGANA (Taruna Tanggap Bencana) setempat turut hadir mendukung kegiatan ini. Salah satu anggota TAGANA menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian yang diberikan melalui program KOSABANGSA. “Kami sangat berterima kasih atas pemasangan alat ini. Semoga keberadaannya dapat membantu menyelamatkan banyak nyawa,” ujarnya.  Gladi evakuasi menjadi bagian penting dalam rangkaian kegiatan ini. Warga diberikan simulasi nyata tentang bagaimana cara mengevakuasi diri ketika terjadi ancaman longsor. Proses ini melibatkan berbagai pihak, termasuk tim pelaksana program, TAGANA, dan pemerintah desa.  Dalam simulasi, warga diajarkan untuk tetap tenang dan mengikuti jalur evakuasi yang telah ditentukan. Mereka juga diberi pemahaman tentang tanda-tanda awal terjadinya longsor, seperti retakan tanah atau perubahan pada struktur permukaan tanah.  Selain pelatihan teknis, kegiatan ini juga mencakup diskusi interaktif antara warga, tim pelaksana, dan TAGANA. Diskusi ini bertujuan untuk menggali informasi lebih lanjut tentang potensi risiko bencana di desa dan mencari solusi bersama. Warga Desa Ngargosari menyambut baik kegiatan ini. Salah satu peserta, mengatakan bahwa kegiatan ini memberikan wawasan baru bagi dirinya dan warga lain. “Kami jadi lebih paham bagaimana menghadapi bencana. Alat ini benar-benar bermanfaat bagi desa kami,” ungkapnya. 

Program KOSABANGSA tidak hanya memberikan solusi teknis melalui pemasangan LEWS, tetapi juga menanamkan pola pikir mitigasi bencana di kalangan masyarakat. Hal ini diharapkan dapat menciptakan komunitas yang lebih tangguh dalam menghadapi ancaman bencana alam. Pendampingan dari Universitas Gadjah Mada menjadi salah satu poin kuat dalam pelaksanaan program ini. Dengan pengalaman dan keahlian yang dimiliki, UGM memberikan masukan penting terkait pengelolaan risiko bencana dan keberlanjutan sistem yang dipasang. Tim pelaksana juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Menurut mereka, menjaga kestabilan tanah dengan tidak menebang pohon sembarangan adalah salah satu langkah mitigasi yang harus diperhatikan.  Dalam acara ini, kepala desa turut memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan yang dinilai sangat bermanfaat bagi masyarakat. Ia berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut di masa mendatang. 

Keberadaan alat LEWS di Desa Ngargosari menjadi langkah strategis dalam menekan dampak negatif bencana longsor yang kerap terjadi di wilayah tersebut. Dengan peralatan ini, masyarakat kini memiliki waktu lebih untuk menyelamatkan diri ketika bencana mengancam.  Program KOSABANGSA ini diharapkan dapat menjadi model bagi desa-desa lain yang juga memiliki risiko tinggi terhadap bencana longsor. Kolaborasi antara perguruan tinggi, masyarakat, dan pemerintah menjadi kunci keberhasilan program ini. Dengan keberhasilan kegiatan hari ini, Desa Ngargosari menunjukkan langkah maju dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan siap menghadapi tantangan bencana alam.  Peningkatan kapasitas masyarakat dalam mitigasi bencana melalui program ini menjadi salah satu contoh bagaimana pemberdayaan berbasis komunitas dapat menciptakan perubahan positif yang signifikan.  Program KOSABANGSA tidak hanya menciptakan sistem peringatan dini, tetapi juga membangun budaya kesiapsiagaan di tengah masyarakat. Hal ini merupakan investasi jangka panjang bagi keberlanjutan desa.  Pada akhirnya, dengan adanya alat LEWS dan pelatihan mitigasi bencana ini, Desa Ngargosari diharapkan dapat menjadi desa yang lebih tangguh dan mandiri dalam menghadapi berbagai risiko bencana. (Kn.01)