Pemetaan Bencana Program Kosabangsa UMNU & UGM Libatkan Masyarakat

PURWOREJO – Pelaksanaan program Kolaborasi Membangun Bangsa (KOSABANGSA) Kegiatan Hibah Kemdikbudristek tahun 2024 masih berlanjut di Desa Ngargosari, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, pada Rabu, 13 November 2024. Program yang digagas untuk membantu masyarakat dalam mitigasi bencana ini diinisiasi oleh tim dosen Universitas Ma’arif Nahdlatul Ulama (UMNU) Kebumen yang diketuai oleh Ghufron Zaida Muflih, M.Kom., bersama anggota tim Umi Barokah, M.P., dan Rasyid Zuhdi, M.Pd. KOSABANGSA melibatkan mahasiswa UMNU Kebumen sebagai pelaksana lapangan dengan bimbingan dari tim pendamping Universitas Gadjah Mada (UGM) serta dukungan teknis dari mitra Gama Multi Usaha Mandiri. Mitra ini menyediakan teknologi tepat guna (TTG) yang berperan dalam pemasangan sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) untuk mendeteksi potensi tanah longsor. Desa Ngargosari, yang dikenal dengan kontur perbukitan curam, memiliki risiko tinggi terhadap longsor, terutama di musim penghujan. Oleh karena itu, keberadaan sistem EWS sangat penting untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat setempat mengenai potensi bencana yang mengancam. Dengan adanya EWS ini, diharapkan masyarakat dapat melakukan evakuasi lebih awal dan mengurangi risiko korban jiwa maupun kerugian.
Melanjutkan serangkaian pelaksanaan program sebelumnya setelah selesai instalasi EWS , pada hari ini dilakukan pemetaan wilayah untuk mengidentifikasi area rawan longsor. Pemetaan dilakukan dengan mengkategorikan wilayah-wilayah tertentu ke dalam dua zona: zona merah untuk area rawan longsor dan zona kuning untuk area yang relatif aman. Dengan pemetaan ini, tim dapat merencanakan jalur evakuasi yang efektif bagi warga. Tim KOSABANGSA juga menggandeng kelompok tim relawan penanggulangan bencana desa Ngargosari dalam proses pemetaan. Keterlibatan Tim relawan sangat penting karena mereka memiliki pengetahuan mendalam mengenai kondisi lapangan dan lokasi rumah warga. Partisipasi Tim relawan ini memastikan bahwa jalur evakuasi yang dirancang dapat diakses dengan mudah oleh penduduk desa.
Kegiatan KOSABANGSA ini mendapatkan perhatian khusus dengan kehadiran Prof. Dr. Eng. Ir. Wahyu Wilopo, S.T., M.Eng., IPM., pakar teknik geologi dari Universitas Gadjah Mada yang turut mendampingi program ini. Beliau memberikan penjelasan terkait cara-cara mitigasi tanah longsor yang dapat dilakukan masyarakat setempat. Prof. Wahyu menjelaskan bahwa untuk mengurangi risiko longsor, tanah di area rawan perlu ditanami dengan tanaman yang memiliki akar tunggang. Tanaman dengan jenis akar ini dapat membantu mempererat ikatan tanah sehingga lebih stabil dan tidak mudah longsor. Sebaliknya, tanaman berakar serabut yang tumbuh di area tersebut justru meningkatkan risiko karena akar serabut tidak memiliki cengkeraman kuat pada tanah. Ia juga menyebutkan potensi ekonomi yang bisa dikembangkan di lahan perbukitan dengan sistem tumpang sari. Menurutnya, warga dapat menanam tanaman bernilai ekonomis tinggi seperti jahe di area rawan longsor, selama tanaman tersebut dikombinasikan dengan tanaman berakar tunggang yang dapat menahan tanah dengan lebih baik. Selain itu, sistem drainase juga mendapat perhatian khusus dalam program ini. Drainase yang baik akan membantu mengalirkan air tanah sehingga tanah tidak terlalu jenuh air, yang bisa menyebabkan longsor. Prof. Wahyu mencontohkan drainase sistem suling yang dapat diterapkan dengan menggunakan pipa atau bambu berongga untuk mengalirkan air dari dalam tanah ke luar area tebing perbukitan. Menurutnya, drainase dengan sistem suling ini cukup efektif dan hemat biaya, serta mudah dipasang di area-area yang memiliki risiko longsor tinggi. Sistem ini memungkinkan air tanah mengalir keluar, yang pada akhirnya membuat tanah lebih stabil dan mengurangi risiko longsor secara signifikan.
Mahasiswa UMNU yang terlibat dalam program ini juga diberi pemahaman mengenai pemetaan dan pemasangan jalur evakuasi. Mereka dilatih untuk memahami proses pemetaan risiko bencana serta pemasangan teknologi yang diperlukan untuk pencegahan bencana di desa perbukitan. Keberlanjutan program ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana, sekaligus menjadi sarana bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu mereka di lapangan. Mahasiswa dilatih untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mereka lebih siap dalam menghadapi risiko tanah longsor. Selain itu, program ini juga memberikan edukasi kepada warga mengenai pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Tim mengajak warga untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat merusak stabilitas tanah, seperti penggundulan hutan atau pembukaan lahan tanpa memperhatikan jenis tanaman yang ditanam di area rawan.
Program KOSABANGSA di Desa Ngargosari tidak hanya berfokus pada instalasi teknologi peringatan dini, tetapi juga mengedukasi masyarakat dalam menjaga lingkungan. Hal ini sejalan dengan tujuan program yaitu mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya mitigasi bencana yang berbasis teknologi. Dengan keterlibatan berbagai pihak, mulai dari akademisi, mahasiswa, Tim relawan, hingga mitra swasta, KOSABANGSA berharap mampu memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat Desa Ngargosari. Program ini diharapkan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain yang menghadapi ancaman bencana alam. Diharapkan, upaya ini dapat membantu membangun budaya sadar bencana di kalangan masyarakat, sehingga warga tidak hanya bergantung pada bantuan eksternal ketika bencana datang, melainkan memiliki kemampuan untuk mengatasi risiko tersebut secara mandiri. Kerjasama antar institusi pendidikan tinggi seperti UMNU dan UGM ini juga merupakan bentuk kolaborasi yang produktif, memanfaatkan keahlian akademisi untuk memberikan solusi nyata bagi masyarakat dalam menghadapi tantangan alam yang kompleks. Program KOSABANGSA yang melibatkan mahasiswa, akademisi, dan masyarakat ini menunjukkan sinergi yang baik antara pendidikan dan masyarakat. Keberhasilan program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi program pemberdayaan masyarakat lainnya di berbagai wilayah Indonesia yang rentan terhadap bencana alam. (Kn.02)