Habibi yang Ingin Seperti B.J. Habibie, Hari Ini Berkalung Medali

Semarang — Nama lengkapnya Muhamad Amhar Habibi. Usianya baru 12 tahun, namun langkahnya sudah menapak pada jalur prestasi yang tidak main-main. Ia bukan sekadar murid kelas VI di MIN 4 Kebumen, melainkan simbol harapan tentang bagaimana cita-cita besar bisa mulai diwujudkan sejak dini.

Hari ini, Senin, 22 Juli 2025, Habibi berdiri tegak di panggung kehormatan. Bertempat di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Semarang, ia menerima medali emas dan piagam penghargaan atas prestasinya dalam Olimpiade Sains Madrasah (OSM) Tingkat Nasional bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk jenjang MI. Sebuah bukti sahih bahwa kerja keras, dukungan keluarga, dan semangat belajar dapat membawa seorang siswa dari madrasah kecil di Kebumen ke panggung besar nasional.

Didampingi sang ayah, Irham Basyir, ibunda Lulu Atun Maiqoh, Kepala MIN 4 Kebumen, serta perwakilan Penma Kemenag Kebumen, Habibi menerima langsung penghargaan tersebut dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Tengah, Dr. H. Saiful Mujab, MA. Ia menjadi salah satu dari tiga peserta terbaik se-Indonesia yang berhasil membawa pulang medali emas pada ajang bergengsi yang digelar tahunan oleh Kementerian Agama RI.

Inspirasi dari Nama Besar Habibie

Bukan tanpa alasan orang tua Habibi memberi nama itu: “Habibi.” Nama tersebut memang diambil dari sosok mendiang Presiden RI ke-3, Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, seorang jenius dan teknokrat Muslim yang dicintai bangsa. Harapan besar itu kini mulai mewujud — bukan di bidang pesawat terbang, tapi dari dunia sains yang juga ia tekuni.

Kompetisi Ketat, Semangat Tak Surut

OSM bukan ajang biasa. Dimulai dari seleksi tingkat madrasah, kabupaten, provinsi hingga nasional, ribuan siswa bersaing secara ketat. Tahun ini, tercatat ratusan ribu siswa mengikuti seleksi dari berbagai penjuru Indonesia. Namun, dari angka besar itu, Habibi berhasil menyeruak ke atas — membuktikan bahwa potensi besar bisa datang dari mana saja, termasuk dari madrasah kecil di pelosok desa.

Alhamdulillah, MIN 4 memiliki siswa seperti Habibi. Deretan prestasi yang telah ditorehkannya membuat nama madrasah kami harum di tingkat nasional,” ujar Kepala MIN 4 Kebumen, Khamdan Asyfahaani, dengan penuh kebanggaan. Ia juga menekankan bahwa capaian ini adalah hasil kolaborasi hebat antara sekolah, orang tua, dan anak itu sendiri.

Dibentuk oleh Kesabaran dan Keuletan

Sang ibu, Lulu Atun Maiqoh, yang juga guru di MIN 4, tak kuasa menahan haru. Baginya, keberhasilan Habibi adalah hasil dari proses panjang yang dipenuhi kesabaran, keuletan, dan disiplin belajar.

“Anak itu aslinya punya potensi 10 persen, 90 persen sisanya adalah ikhtiar. Begitu pesan Pak Kakanwil. Maka kami sebagai orang tua dan guru punya peran besar dalam mengiringi ikhtiar itu,” tutur Lulu sambil menyeka air mata haru. “Semoga ini menjadi titik awal untuk Habibi agar terus konsisten berprestasi, setinggi apapun cita-citanya.”

Langkah Kecil Menuju Impian Besar

Hari ini Habibi mungkin masih siswa MI yang berdiri dengan kalung medali di lehernya. Tapi siapa tahu, kelak ia benar-benar akan menjadi seperti tokoh idolanya — B.J. Habibie — atau bahkan melampauinya. Setidaknya, langkah kecil itu telah dimulai, dan semangat besar telah menyala.

Satu yang pasti, Kebumen patut bangga punya anak seperti Habibi — dan MIN 4 Kebumen pantas mendapat tempat terhormat sebagai madrasah pencetak generasi unggul. (Kn.01/amhm)