
Kebumen News – Halaman Balai Desa Krakal, Kecamatan Alian, Kebumen, mendadak berubah fungsi menjadi terminal darurat. Puluhan bus dari kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, mengangkut ribuan pemudik yang ingin kembali ke kampung halaman. Fenomena ini bukan kejutan, tetapi kenyataan yang berulang setiap musim mudik.
Pada momen kepadatan ini, setidaknya 20 bus penuh dengan lebih dari 1.000 penumpang berhenti di Krakal. Tak hanya itu, kendaraan penjemput—baik roda empat maupun roda dua—memadati area sekitar. Diperkirakan ada lebih dari 800 kendaraan yang ikut menyemarakkan suasana, membuat wilayah sekitar balai desa bak lautan manusia dan kendaraan.
Meski sekilas tampak sebagai kekacauan lalu lintas, arus kendaraan cepat terurai. Kebetulan, hari tersebut juga bertepatan dengan pasaran di Pasar Indrakila, Krakal. Keramaian pun berlipat ganda. Namun, di balik hingar-bingar ini, ada celah potensi ekonomi yang sering kali luput dari perhatian.
Jika dikelola dengan lebih baik, kondisi ini bisa menjadi berkah bagi desa. Bayangkan jika setiap kendaraan yang parkir dikenakan retribusi parkir yang layak. Berapa banyak pemasukan yang bisa diperoleh untuk kas desa? Belum lagi potensi ekonomi dari pedagang makanan, oleh-oleh, hingga jasa angkut barang.
Sayangnya, potensi ini masih dibiarkan menguap begitu saja. Tidak ada pengelolaan resmi yang bisa memberikan keuntungan bagi masyarakat setempat. Pemerintah desa dan pihak terkait semestinya mulai berpikir bagaimana mengoptimalkan fenomena tahunan ini, bukan sekadar mengurai kemacetan, tetapi juga mengubah keramaian menjadi sumber pendapatan.
Terminal dadakan ini bukan sekadar cerita tahunan tentang ramainya mudik. Ini adalah peluang. Tinggal bagaimana masyarakat dan pemerintah bisa menangkapnya. (Kn.03)